Kamis, 29 Oktober 2009

putri tidur

Dahulu kala, terdapat sebuah negeri yang dipimpin oleh raja yang sangat adil dan
bijaksana. Rakyatnya makmur dan tercukupi semua kebutuhannya. Tapi ada satu yang
masih terasa kurang. Sang Raja belum dikaruniai keturunan. Setiap hari Raja dan
permaisuri selalu berdoa agar dikaruniai seorang anak. Akhirnya, doa Raja dan permaisuri
dikabulkan. Setelah 8 bulan mengandung, permaisuri melahirkan seorang anak wanita yang
cantik. Raja sangat bahagia, ia mengadakan pesta dan mengundang kerajaan sahabat
serta seluruh rakyatnya. Raja juga mengundang 7 penyihir baik untuk memberikan
mantera baiknya.
"Jadilah engkau putri yang baik hati", kata penyihir
pertama. "Jadilah engkau putri yang cantik", kata penyihir
kedua. "Jadilah engkau putri yang jujur dan anggun", kata
penyihir ketiga. "Jadilah engkau putri yang pandai
menari", kata penyihir keempat. "Jadilah engkau putri
yang panda menyanyi," kata penyihir keenam. Sebelum
penyihir ketujuh memberikan mantranya, tiba-tiba pintu istana
terbuka. Sang penyihir jahat masuk sambil berteriak, "Mengapa aku tidak diundang ke
pesta ini?".
Penyihir terakhir yang belum sempat memberikan mantranya sempat bersembunyi dibalik
tirai. "Karena aku tidak diundang, aku akan mengutuk anakmu. Penyihir tua yang jahat
segera mendekati tempat tidur sang putri sambil berkata,"Sang putri akan mati tertusuk
jarum pemintal benang, ha ha ha ha!..". Si penyihir jahat segera pergi setelah
mengeluarkan kutukannya.
Para undangan terkejut mendengar kutukan sang penyihir jahat itu. Raja dan permaisuri
menangis sedih. Pada saat itu, muncullah penyihir baik yang ketujuh, "Jangan khawatir,
aku bisa meringankan kutukan penyihir jahat. Sang putri tidak akan wafat, ia hanya akan
tertidur selama 100 tahun setelah terkena jarum pemintal benang, dan ia akan terbangun
kembali setelah seorang Pangeran datang padanya", ujar penyihir ketujuh. Setelah
kejadian itu, Raja segera memerintahkan agar semua alat pemintal benang yang ada di
negerinya segera dikumpulkan dan dibakar.
Enam belas tahun kemudian, sang putri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik
dan baik hati. Tidak berapa lama Raja dan Permaisuri melakukan perjalanan ke luar negeri.
Sang Putri yang cantik tinggal di istana. Ia berjalan-jalan keluar istana. Ia masuk ke
dalam sebuah puri. Di dalam puri itu, ia melihat sebuah kamar yang belum pernah ia lihat
sebelumnya. Ia membuka pintu kamar tersebut dan ternyata di dalam
kamar itu, ia melihat seorang nenek sedang memintal
benang. Setelah berbicara dengan nenek tua, sang Putri
duduk di depan alat pemintal dan mulai memutar alat
pemintal itu. Ketika sedang asyik memutar alat pintal, tibatiba
jari sang Putri tertusuk jarum alat pemintal. Ia
menjerit kesakitan dan tersungkur di lantati. "Hi hi hi...
tamatlah riwayatmu!", kata sang nenek yang ternyata adalah si
penyihir jahat.
Hilangnya sang Putri dan istana membuat khawatir orang tuanya. Semua orang
diperintahkan untuk mencari sang Putri. Sang putri pun ditemukan. Tetapi ia dalam
keadaan tak sadarkan diri. "Anakku ! malang sekali nasibmu" ratap Raja. Tiba-tiba
datanglah penyihir muda yang baik hati. Katanya, "Jangan khawatir, Tuan Putri hanya akan
tertidur selama seratus tahun. Tapi, ia tidak akan sendirian. Aku akan menidurkan kalian
semua," lanjutnya sambil menebarkan sihirnya ke seisi istana. Kemudian, penyihir itu
menutup istana dengan semak berduri agar tak ada yang bisa masuk ke istana.
Seratus tahun yang panjang pun berlalu. Seorang pangeran dari negeri seberang
kebetulan lewat di istana yang tertutup semak berduri itu. Menurut cerita orang desa di
sekitar situ, istana itu dihuni oleh seekor naga yang mengerikan. Tentu saja Pangeran
tidak percaya begitu saja pada kabar itu. "Akan ku hancurkan naga itu,"
kata sang Pangeran. Pangeran pun pergi ke istana. Sesampai di
gerbang istana, Pangeran mengeluarkan pedangnya untuk
memotong semak belukar yang menghalangi jalan masuk.
Namun, setelah dipotong berkali-kali semak itu kembali
seperti semula. "Semak apa ini ?" kata Pangeran keheranan.
Tiba-tiba muncullah seorang penyihir muda yang baik hati.
"Pakailah pedang ini," katanya sambil memberikan sebuah yang
pangkalnya berkilauan.
Dengan pedangnya yang baru, Pangeran berhasil masuk ke istana. "Nah, itu dia menara
yang dijaga oleh naga." Pangeran segera menaiki menara itu. Penyihir jahat melihat
kejadian itu melalui bola kristalnya. "Akhirnya kau datang, Pangeran. Kau pun akan
terkena kutukan sihirku!" Penyihir jahat itu bergegas naik ke menara. Ia menghadang
sang Pangeran. "Hai Pangeran!, jika kau ingin masuk, kau harus mengalahkan aku terlebih
dahulu!" teriak si Penhyihir. Dalam sekejap, ia merubah dirinya menjadi seekor naga
raksasa yang menakutkan. Ia menyemburkan api yang panas.
Pangeran menghindar dari semburan api itu. Ia menangkis
sinar yang terpancar dari mulut naga itu dengan pedangnya.
Ketika mengenai pangkal pedang yang berkilau, sinar itu
memantul kembali dan mengenai mata sang naga raksasa.
Kemudian, dengan secepat kilat, Pangeran melemparkan
pedangnya ke arah leher sang naga. "Aaaa..!" Naga itu jatuh
terkapar di tanah, dan kembali
ke bentuk semula, lalu mati. Begitu tubuh penyihir tua itu lenyap, semak berduri yang
selama ini menutupi istana ikut lenyap. Di halaman istana, bunga-bunga mulai bermekaran
dan burung-burung berkicau riang. Pangeran terkesima melihat hal itu. Tiba-tiba penyihir
muda yang baik hati muncul di hadapan Pangeran.
"Pangeran, engkau telah berhasil menghapus kutukan atas istana ini. Sekarang pergilah ke
tempat sang Putri tidur," katanya. Pangeran menuju ke sebuah ruangan tempat sang Putri
tidur. Ia melihat seorang Putri yang cantik jelita dengan pipi semerah mawar
yang merekah. "Putri, bukalah matamu," katanya sambil
mengenggam tangan sang Putri. Pangeran mencium pipi sang
Putri. Pada saat itu juga, hilanglah kutukan sang Putri.
Setelah tertidur selama seratus tahun, sang Putri
terbangun dengan kebingungan. "Ah! apa yang terjadi?
Siapa kamu? Tanyanya. Lalu Pangeran menceritakan semua
kejadian yang telah terjadi pada sang Putri.
"Pangeran, kau telah mengalahkan naga yang menyeramkan. Terima kasih Pangeran," kata
sang Putri. Di aula istana, semua orang menunggu kedatangan sang Putri. Ketika melihat
sang Putri dalam keadaan sehat, Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Mereka sangat
berterima kasih pada sang Pangeran yang gagah berani. Kemudian Pangerang
berkata, "Paduka Raja, hamba punya satu permohonan.
Hamba ingin menikah dengan sang Putri." Raja pun
menyetujuinya. Semua orang ikut bahagia mendengar hal
itu. Hari pernikahan sang Putri dan Pangeran pun tiba.
Orang berbondong-bondong datang dari seluruh pelosok
negeri untuk mengucapkan selamat. Tujuh penyihir yang
baik juga datang dengan membawa hadiah.

1 komentar: